Thursday, March 18, 2010

Jutawan Belut

Sebelum Memulai, Bacalah 2 top artikel ini
1.
dari pemerhati belut,…..mohon maaf untuk para pemain belut jangan terlalu bernafsu dulu dengan iming-iming akan export, apalagi dengan modal pas-pas-an yang tadinya untuk keperluan rumah malah amblas….. kan sayang saudara2 tapi kalau mau belajar coba-coba engga apa2 asal jangan banyak2 dulu….. biar kalau gagal ya hanya rugi sedikit…. gi tu lho…. masalahnya adalah… belut adalah bukan mahkluk yang mudah ditaklukan kadang dia diberi makan banyak tetapi sudah waktunya panen hasilnya belutnya tetep gedenya segitu-segitu ajah.. bisa juga dari kesalahah media.
baiknya anda coba sendiri dulu bikin media dengan skala kecil untuk menemukan formula yang bener2 baik untuk pertumbuhan belut….baru kemudian setelah anda hapal boleh anda mulai sedikit2 dengan media lebih besar….
saran saya ya… misalnya bisa anda mencoba diplastik blong biru yang ditelentangkan bagian tengah dipotong persegi 4 atau blong dibelah 2. kemudian barulah mulai dengan pembusukan gedebong pisang secukupnya yang dibelah-belah 5-10cm panjangnya kemudian dibiarkan diluar hingga terjadi pembusukan stelah rata baru masukan kedalam tong yang diaduk dengan tanah sawah/tanah biasa dicampur dengan air diaduk hingga rata diamkan sampai terjadi pembentukan mahkluk2 alam seperti cacing dll baru kemudian coba ceburkan bibit belut beberapa ekor … liat beberapa hari apakah belut beradaftasi dengan baik atau mati kalau mati semua berarti pembentukan media gagal harus dicoba ulang sampai menemukan media yang cocok…dan juga jangan lupa kalau bisa dipermukaan lumpur air diusahankan bisa mengalir agar kalau terjadi gas beracun dapat dibuang keluar oleh air… ini dulu pesan dari saya,,,, nanti kita sambung lagi ya saya sekedar sering ilmu dan belajar lagi gitu lho…..

2.
sebetulnya saya sangat setuju dengan pak ahmad ( comm no 86 ) agar jangan buru2 untuk menceburkan diri ke budidaya ini, mending dicoba2 dulu sebelum terlanjur basah dan tenggelem. karena sepengetahuan saya media hidup belut sangat complex, dan banyak temen2 yang pernah mencoba dan belutnya tidak mau tinggal didalem media dan akhirnya pada mati…….. tetapi memang banyak juga yang sudah berhasil, tetapi kalau diusut lebih dalem dan ditanya lebih detail beliau2 yang sudah berhasil ini sebelumnya pernah me ngalami kegagalan.
Buat pak I wayan Gunastra ( Comm no. 56 )
sedikit sharing atas pertanyaan bapak diatas :
1. untuk pembuatan makan, belut bisa diberi makan cacing, cincangan keong atau bekicot, cincangan usus ayam (sebaiknya direbus dulu sebentar ) bahkan pelet dan juga ikan2 kecil yang masih hidup. (pemberiannya 0.5% dari berat total belut yang ditebar)
2. karena belut termasuk binatang malem jadi pemberian makanan diusahakan pada sore menjelang malam hari
3. kalau untuk belut yang tidak mau betah didalam media di kolam beton bisa dikarenakan, kondisi kolam masih baru dan masih bau semen ( sebaiknya direndem air atau ditambah cacahan debong pisang kurang lebih 2 minngu ) atau bisa juga dikarenakan oleh media yang bapak bikin belum mateng. sebaiknya sebelum penebaran bibit dicek terlebih dahulu kematengannya dengan menusuk2 pake batang bambu kalau masih keluar busa warna putih dan masih hangat berarti media belum siap.
semoga bermanfaat …..



Japanese Sushi Eel World Market
Belut: Pembeli Luar Negeri Bertambah, Pasokan Kurang



Ebiet menjajakan belut segar di sekitar pinggiran Jalan Rumah Sakit, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (11/5). Belut segar ini ditawarkan dengan harga Rp 10.000 per kantong berisi lima sampai sepuluh ekor. Belut-belut ini banyak dibeli wisatawan luar kota yang melewati jalan tersebut, seperti dari Jakarta dan Bogor, untuk dijadikan oleh-oleh. Jika ramai pembeli, Ebiet bisa menjual sekitar 50 kantong per hari.

Export eel to Japan, Korea, Hongkong, Taiwan, Singapore, Malaysia


Selasa, 10/3/2009 07:40 WIB
Sebagai makhluk lumpur, belut mengandung potensi ekonomi luar biasa. Permintaannya naik saban tahun, baik dari pembeli luar negeri maupun pasar lokal. Ini peluang sebab belum banyak yang menekuni bisnis budidaya belut.

Rasanya yang gurih dan penuh gizi membuat belut tak hanya diminati penikmat kuliner dalam negeri, tapi juga luar negeri, seperti dari Jepang, Korea, Hongkong, Belgia, Spanyol, Perancis, Belanda, Jerman, dan Denmark.

Belakangan, permintaan belut dari luar negeri kembali melonjak. Tak percaya? Silakan buka beberapa situs di internet, macam www. indonetwork. com. Di situs ini permintaan belut sedang menggunung. Ini jadi rezeki nikmat para pebisnis belut.

Salah satunya Prio Daryoko. Meski sedang krisis global, Pemilik PT Agrindo Jaya ini meraih berkah dari lonjakan permintaan belut dari sejumlah negara, seperti Jepang, Korea, dan Hongkong. Secara kasar, Prio memperkirakan lonjakan permintaan belut dart ketiga negara itu rata-rata sekitar 7 persen hingga 18 persen per tahun.

Setiap bulan Prio memasok sekitar 80 ton belut hidup dan belut asap ke Jepang. Sementara, ke Korea Selatan, ia mengirim sekitar 40 ton sampai 45 ton belut hidup dan belut beku. Ke Hongkong, ia nmengirim sekitar 15 ton-20 ton belut hidup. "Permintaan selalu naik. Sayangnya, pasokan terkadang kurang," ujarnya.

Budy Kuncoro, Ketua Gabungan Orang Belut Semarang dan sekitarnya (Gobes's), membenarkan, permintaan belut dari mancanegara terus naik. Selama ini, ia memasok ke Singapura dan Malaysia.

Permintaan dari pasar lokal pun tak kalah banyak. Pekalongan, misalnya, butuh sekitar 100 kilogram belut sehari. Sementara Pati butuh 50 kg belut sehari. "Rata-rata untuk usaha pecel belut dan abon," kata Budy. Untuk pasar ekspor, harga satu kilo belut berisi tujuh ekor dihargai Rp 40.000 per kg. Di pasar lokal harganya Rp 25.000.

Budy mengaku telah menemukan cara budidaya belut yang lebih hemat, yakni menghemat pakan dengan memanfaatkan keong mas, bekicot, atau yuyu. Dengan cara Budi ini, biaya produksi sekilo belut isi tujuh ekor hanya Rp 16.000. Dus, pebudidaya pun bisa balik modal dalam lima bulan.

Jika ingin budidaya belut, Anda harus membuat kolam. Taruh lapisan lumpur dengan jerami yang dibusukkan selama dua minggu sampai keluar cacing. Setelah busuk, air lantas diganti, kemudian masukkan bibit belut. "Sebaiknya, cari bibit belut basil tangkapan atau budidaya," ajar Budy. Harga bibit belut Rp 40.000 per kilogram.

Selanjutnya, belut diberi pakan hama sawah setiap dua hari sekali. Pakan hama sawah itu seperti keong mas, bekicot, atau yuyu. Setelah 3,5 bulan, petani bisa memanen belut ukuran sekilo isi 15 ekor. Dalam lima bulan, panennya sekilo isi tujuh ekor. (Aprillia Ika/Kontan)



Empat Bulan Panen Belut
Membesarkan belut hingga siap panen dari bibit umur 1-3 bulan butuh waktu 7 bulan. Namun, Ruslan Roy, peternak sekaligus eksportir di Jakarta Selatan, mampu menyingkatnya menjadi 4 bulan. Kunci suksesnya antara lain terletak pada media dan pengaturan pakan.
Belut yang dipanen Ruslan rata-rata berbobot 400 g/ekor. Itu artinya sama dengan bobot belut yang dihasilkan peternak lain. Cuma waktu pemeliharaan yang dilakukan Ruslan lebih singkat 3 bulan dibanding mereka. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan Ruslan pun jauh lebih rendah. Selain menekan biaya produksi, panen dalam waktu singkat itu mampu mendongkrak ketersediaan pasokan, ujar Ruslan.

Pemilik PT Dapetin di Jakarta Selatan itu hanya mengeluarkan biaya Rp8.000 untuk setiap kolam berisi 200 ekor. Padahal, biasanya para peternak lain paling tidak menggelontorkan Rp14.000 untuk pembesaran jumlah yang sama. Semua itu karena Ruslan menggunakan media campuran untuk pembesarannya.
Media campuran

Menurut Ruslan, belut akan cepat besar jika medianya cocok. Media yang digunakan ayah dari 3 anak itu terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.

Karena belut tetap memerlukan air sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam, ujar peraih gelar Master of Management dari Philipine University itu.

Bibit belut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.
Pakan hidup

Berdasarkan pengalaman Ruslan, sifat kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak terjadi selama pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan belut tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.

Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut bersembunyi, ujar Ruslan.

Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang diberikan sekitar 2 kg.
Hujan buatan

Selain pakan, yang perlu diperhatikan kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati, ujar Son Son. Untuk mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri penetralisir.

Kehadiran hama seperti burung belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya spontan masuk jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka sedikit-banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi kolam rapi dan pengontrolan rutin sehari sekali, tutur Ruslan.

Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak di daerah panas bersuhu 29-32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal. Son Son menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu 26oC. Bila terpenuhi pertumbuhan belut dapat maksimal, ujar alumnus Institut Teknologi Indonesia itu.

Shading net dipasang di atas kolam agar intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang. Selanjutnya 3 saluran selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan itu dapat menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan oksigen terlarut. Ketidakseimbangan suhu menyebabkan bibit cepat mati, ucap Son Son.

Hal senada diamini Ruslan. Jika tidak bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan menanam eceng gondok di seluruh permukaan kolam, ujar Ruslan. Dengan cara itu bibit belut tumbuh cepat, hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen. (Hermansyah)


Mari Rebut Pasar Belut
Siang itu Juli 2006 di Batutulis, Bogor. Pancaran matahari begitu terik membuat Ruslan Roy berteduh. Ia tetap awas melihat kesibukan pekerja yang memilah belut ke dalam 100 boks styrofoam. Itu baru 3,5 ton dari permintaan Hongkong yang mencapai 60 ton/hari, ujar Ruslan Roy.

Alumnus Universitras Padjadjaran Bandung itu memang kelimpungan memenuhi permintaan belut dari eksportir. Selama ini ia hanya mengandalkan pasokan belut dari alam yang terbatas. Sampai kapan pun tidak bisa memenuhi permintaan, ujarnya. Sebab itu pula ia mulai merintis budidaya belut dengan menebar 40 kg bibit pada Juli 1989.

Roy-panggilan akrab Ruslan Roy-memperkirakan seminggu setelah peringatan Hari Kemerdekaan ke-61 RI semua Monopterus albus yang dibudidayakan di kolam seluas 25 m2 itu siap panen. Ukuran yang diminta eksportir untuk belut konsumsi sekitar 400 g/ekor. Bila waktu itu tiba, eksportir di Tangerang yang jauh-jauh hari menginden akan menampung seluruh hasil panen.

Untuk mengejar ukuran konsumsi, peternak di Jakarta Selatan itu memberi pakan alami berprotein tinggi seperti cacing tanah, potongan ikan laut, dan keong mas. Pakan itu dirajang dan diberikan sebanyak 5% dari bobot tubuh/hari.

Dengan asumsi tingkat kematian 5-10% hingga berumur 9 bulan, Roy menghitung 4-5 bulan setelah menebar bibit, ia bakal memanen 400 kg belut. Dengan harga Rp40.000/kg, total pendapatan yang diraup Rp16-juta. Setelah dikurangi biaya-biaya sekitar Rp2-juta, diperoleh laba bersih Rp14-juta.

Keuntungan itu akan semakin melambung karena pada saat yang sama Roy membuat 75 kolam di Rancamaya, Bogor, masing-masing berukuran sekitar 25 m2 berkedalaman 1 m. Pantas suami Kastini itu berani melepas pekerjaannya sebagai konsultan keuangan di Jakarta Pusat.
Perluas areal

Nun di Bandung, Ir R. M. Son Son Sundoro, lebih dahulu menikmati keuntungan hasil pembesaran belut. Itu setelah ia dan temannya sukses memasok ke beberapa negara. Sebut saja Hongkong, Taiwan, Cina, Jepang, Korea, Malaysia, dan Thailand. Menurut Son Son pasar belut mancanegara tidak terbatas. Oleh karena itu demi menjaga kontinuitas pasokan, ia dan eksportir membuat perjanjian di atas kertas bermaterai. Maksudnya agar importir mendapat jaminan pasokan.

Sejak 1998, alumnus Teknik dan Manajemen Industri di Institut Teknologi Indonesia, itu rutin menyetor 3 ton/hari ke eksportir. Itu dipenuhi dari 30 kolam berukuran 5 m x 5 m di Majalengka, Ciwidey, Rancaekek, dan 200 kolam plasma binaan di Jawa Barat. Ia mematok harga belut ke eksportir US$4-US$5, setara Rp40.000-Rp60.000/kg isi 10-15 ekor. Sementara harga di tingkat petani plasma Rp20.000/kg.
Permintaan ekspor belut




Sumber: Drs Ruslan Roy, MM, Ir R. M. Son Son Sundoro, www.eelstheband.com, dan telah diolah dari berbagai sumber.


Terhitung mulai Juli 2006, total pasokan meningkat drastis menjadi 50 ton per hari. Itu diperoleh setelah pria 39 tahun itu membuka kerjasama dengan para peternak di dalam dan luar Pulau Jawa. Sebut saja pada awal 2006 ia membuka kolam pembesaran seluas 168 m2 di Payakumbuh, Sumatera Barat. Di tempat lain, penggemar travelling itu juga membuka 110 kolam jaring apung masing-masing seluas 21 m2 di waduk Cirata, Kabupaten Bandung. Total jenderal 1-juta bibit belut ditebar bertahap di jaring apung agar panen berlangsung kontinu setiap minggu. Dengan volume sebesar itu, ayah 3 putri itu memperkirakan keuntungan sebesar US$2.500 atau Rp 20.500.000 per hari.

Di Majalengka, Jawa Barat, Muhammad Ara Giwangkara juga menuai laba dari pembesaran belut. Sarjana filsafat dari IAIN Sunan Gunungjati, Bandung, itu akhir Desember 2005 membeli 400 kg bibit dari seorang plasma di Bandung seharga Rp11,5- juta. Bibit-bibit itu kemudian dipelihara di 10 kolam bersekat asbes berukuran 5 m x 5 m. Berselang 4 bulan, belut berukuran konsumsi, 35-40 cm, sudah bisa dipanen.

Dengan persentase kematian dari burayak hingga siap panen 4%, Ara bisa menjual sekitar 3.000 kg belut. Karena bermitra, ia mendapat harga jual Rp12.500/ kg. Setelah dikurangi ongkos perawatan dan operasional sebesar Rp9- juta dan pembelian bibit baru sebesar Rp11,5- juta, tabungan Ara bertambah Rp17-juta. Bagi Ara hasil itu sungguh luar biasa, sebab dengan pendapatan Rp3- juta- Rp4-juta per bulan, ia sudah bisa melebihi gaji pegawai negeri golongan IV.

Bibit meroket
Gurihnya bisnis belut tidak hanya dirasakan peternak pembesar. Peternak pendeder yang memproduksi bibit berumur 3 bulan turut terciprat rezeki. Justru di situlah terbuka peluang mendapatkan laba relatif singkat. Apalagi kini harga bibit semakin meroket. Kalau dulu Rp10.000/kg, sekarang rata-rata Rp27.500/kg, tergantung kualitas, ujar Hj Komalasari, penyedia bibit di Sukabumi, Jawa Barat. Ia menjual minimal 400-500 kg bibit/bulan sejak awal 1985 hingga sekarang.

Pendeder pun tak perlu takut mencari pasar. Mereka bisa memilih cara bermitra atau nonmitra. Keuntungan pendeder bermitra: memiliki jaminan pasar yang pasti dari penampung. Yang nonmitra, selain bebas menjual eceran, pun bisa menyetor ke penampung dengan harga jual lebih rendah 20-30% daripada bermitra. Toh, semua tetap menuai untung.

Sukses Son Son, Ruslan, Ara, dan Komalasari memproduksi dan memasarkan belut sekarang ini bak bumi dan langit dibandingkan 8 tahun lalu. Siapa yang berani menjamin kalau belut booming gampang menjualnya? ujar Eka Budianta, pengamat agribisnis di Jakarta.

Menurut Eka, memang belut segar kini semakin dicari, bahkan harganya semakin melambung jika sudah masuk ke restoran. Untuk harga satu porsi unagi-hidangan belut segar-di restoran jepang yang cukup bergengsi di Jakarta Selatan mencapai Rp250.000. Apalagi bila dibeli di Tokyo, Osaka, maupun di restoran jepang di kota-kota besar dunia.

Dengan demikian boleh jadi banyak yang mengendus peluang bisnis belut yang kini pasarnya menganga lebar. Maklum pasokan belut-bibit maupun ukuran konsumsi-sangat minim, sedangkan permintaannya membludak



Export eel to Japan, Korea, Hongkong, Taiwan, Singapore, Malaysia

jika ingin info lanjut tentang budidaya belut bisa hubungi pak ardiyan di 08562834194, beliau sangat ahli dalam bidangnya dan juga menyediakan bibit